NILAI PELANGGAN
Kotler dan Keller
(2009: 14) menyatakan bahwa nilai pelanggan merupakan kombinasi kualitas,
pelayanan, harga dari suatu penawaran produk . Nilai terhantar pada pelanggan
adalah selisih antara jumlah nilai bagi pelanggan dan jumlah biaya dari
pelanggan, dan jumlah nilai bagi pelanggan adalah sekelompok keuntungan yang
diharapkan pelanggan dari barang atau jasa tertentu.
Menurut Best dalam
(Sumarwan, dkk; 2010: 30), nilai pelanggan merupakan benefit yang
diperoleh pelanggan dikurangi biaya pembelian. Berdasarkan konsep ini, nilai
pelanggan bersumber dari benefit ekonomi, benefit pelanggan, dan benefit
emosional. Benefit ekonomi bersumber dari keunggulan harga dan biaya
selain harga pembelian seperti biaya akuisisi, penggunaan kepemilikan, pemeliharaan,
dan perbaikan serta biaya pembuangan. Benefit pelanggan bersumber dari
penampilan produk, layanan dan reputasi. Benefit emosional adalah
keunggulan produk dalam memenuhi kebutuhan emosional pelanggan yang terkait
dengan kebutuhan psikologis, tipe – tipe kepribadian pelanggan, dan nilai
personal pelanggan.
Tjiptono (2005:296)
juga mendefenisikan nilai pelanggan adalah ikatan emosional yang terjalin
antara pelanggan dan produsen setelah pelanggan menggunakan produk dan jasa
dari perusahaan dan mendapati bahwa produk atau jasa tersebut memberi nilai
tambah.
Nilai pelanggan atau customer perceived value yaitu
persepsi pelanggan terhadap nilai dimana perusahaan harus mempertimbangkan
nilai dalam mengembangkan produk dan jasanya sehingga sesuai dengan apa yang
diharapkan pelanggan (Vanessa, 2007:65).
Monroe dalam Vanessa (2007:65) menyatakan bahwa nilai
pelanggan adalah rasio antara keuntungan atau manfaat yang dirasakan dengan
pengorbanan yang dikeluarkan. Dimana keuntungan yang dirasakan adalah kombinasi
dari atribut fisik, atribut jasa dan teknik pendukung dalam pemanfaatan produk.
Pengorbanan yang dikeluarkan adalah total biaya yang dikeluarkan konsumen
termasuk biaya pembelian dan biaya tambahan (seperti biaya pemesanan,
transportasi, instalasi, penanganan pesanan) serta biaya diluar pembelian
(mengganti kerusakan, resiko kegagalan atau pelayanan yang buruk).
Buchari (2007:295) menyatakan bahwa nilai pelanggan
ialah selisih antara total nilai tambah yang diperoleh konsumen dibandingkan
dengan total biaya yang dikeluarkan.
Menurut Hanny dalam Vanessa (2007:65) Nilai adalah
harga murah, apapun yang diinginkan dari suatu produk, kualitas yang diterima
konsumen atas biaya yang telah dikeluarkan dan apa yang diperoleh konsumen dari
yang telah mereka berikan.
Nilai pelanggan adalah preferensi yang dirasakan oleh
pelanggan atas atribut produk, kinerja, dan konsekuensi yang timbul dari
pemakaian fasilitas untuk memenuhi sasaran dan maksudnya (A. B. Susanto dalam
Vanessa, 2007:66).
Menurut Gale (1994) dalam Alida (2007:74) nilai
pelanggan adalah persepsi konsumen terhadap nilai atas kualitas yang ditawarkan
relatif lebih tinggi dari pesaing akan mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen,
semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan oleh pelanggan, maka semakin besar
kemungkinan terjadinya hubungan (transaksi). Dan hubungan yang diinginkan
adalah hubungan yang bersifat jangka panjang, sebab usaha dan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan diyakini akan jauh lebih besar apabila harus
menarik pelanggan baru atau pelanggan yang sudah meninggalkan perusahaan,
daripada mempertahankannya.
Nilai pelanggan atau nilai customer atau customer value adalah selisih antara manfaat yang diperoleh customer dari suatu produk
atau jasa dengan upaya dan pengorbanan yang dilakukannya untuk mendapatkan dan
menggunakan produk itu.
Suatu produk atau jasa
yang dibeli customer dari perusahaan semakin memuaskan jika customer itu
mendapatkan nilai (value) yang tinggi. Bagi customer,
nilai (value) atau nilai produk atau jasa yang ditawarkan suatu perusahaan memiliki dua
dimensi:
- Kinerja atau fitur produk dibandingkan dengan produk sejenis yang ditawarkan pesaing perusahaan.
- Harga atau cost. Dengan semakin banyaknya produk atau jasa sejenis yang bersaing di pasar, cost atau pengorbanan memiliki arti yang lebih luas, tidak hanya sebatas harga beli suatu produk. Sebagai contoh, kemudahan untuk mengoperasikan, ketersedian suku cadang, layanan pascapembelian, dan biaya pemeliharaan, merupakan unsur-unsur pengorbanan yang diperhitungkan oleh customer, selain harga beli produk.
Dengan kata lain,
customer berada dalam posisi "bisa memilih". Istilah customer value sangat populer dalam dunia bisnis masa kini yang sangat kompetitif. Customer value semakin penting untuk dipertimbangkan oleh perusahaan dan menjadi bagian
integral strategi perusahaan, khusurnya dalam strategi pemasaran produknya.Secara
historis, dalam ilmu ekonomi konsep ini dikenal sebagai utility barang dan jasa.
Empat
cara agar pelanggan tidak meninggalkan perusahaan, yaitu : 1. Mempermudah
pelanggan untuk memberi umpan balik kepada perusahaan. Salah satu kegiatan yang
paling menguntungkan bagi perusahaan adalah mencari keluhan pelanggan,
memudahkan pelanggan untuk memberikan umpan balik dengan cara bertanya kepada
pelanggan secara teratur mengenai pembelian terakhir mereka seperti : apakah
pembelian itu memenuhi kebutuhan mereka, apakah itu yang mereka harapkan serta
bagaimana cara meningkatkannya. 2. Bila pelanggan membutuhkan bantuan,
berikanlah dengan segera. Setelah perusahaan memperoleh umpan balik dari pelanggan,
perusahaan harus bertindak dengan cepat. Bila pelanggan menghubungi untuk
menyampaikan keluhan, perusahaan harus membeli respon dengan segera, sebaiknya
dengan menegaskan maksud perusahaan untuk menyelesaikan masalah secepat
mungkin. 3. Mengurangi kejengkelan atas reparasi, pembayaran kembali dan
pemberian jaminan reparasi, pembayaran kembali dan pemberian jaminan sering
menjadi sumber kekecewaan para pelanggan. 4. Mempelajari cara menghibur
pelanggan yang marah. Dengan sistem umpan balik dan keluhan pelanggan yang
meningkat mutunya, terjadi interaksi dengan pelanggan. Bila perusahaan
berhadapan dengan pelanggan yang marah, perlakukan pelanggan tersebut dengan
penuh perhatian.
Beberapa cara
untuk menarik dan mempertahankan pelanggan, yaitu : 1. Mengurangi keberalihan -
Mendefinisikan dan mengukur tingkat retensi - Membedakan penyebab dan
mengidentifikasi pelanggan - Membandingkan - kehilangan laba * nilai seumur
hidup vs biaya mengurangi tingkat keberalihan 2. Dinamika Retensi.
Inti tujuan dari strategi
pelayanan mutu terpadu (PMT) adalah pemenuhan keinginan, kebutuhan,
kepentingan, dan harapan pelanggan. Dengan kata lain bagaimana perusahaan mampu
menerapkan pelayanan prima. Disinilah keterlibatan kalangan manajer dan
karyawan harus merupakan suatu tim yang sinergis dan efektif. Diperkuat dengan
intensitas komunikasi horisontal dan vertikal diantara mereka maka strategi PMT
akan sangat menentukan seberapa jauh pencapaian kepuasan maksimum dan loyalitas
pelanggan tercapai. Hal demikian merupakan perubahan paradigma lama yang lebih
menekankan pada inventory-driven system ke lebih yang bersifat service-driven
system. Dengan kata lain keberhasilan perusahaan dalam bersaing sangat
dipengaruhi oleh unsur-unsur pelayanan kepada pelanggan. Permintaan pelanggan
menjadi faktor pengendali persaingan; bukan oleh system persediaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar